Selasa, 15 Desember 2015

Menanam padi dengan sistem Hazton

Kali ini, saya akan berbagi tentang menanam padi dengan sistem Hazton. Tulisan ini saya ambil dari sebuah artikel majalah Trias Politika Edisi Oktober-November 2014. Bagi para petani mungkin sebagian besar sudah mendengar sistem hazton. Selamat membaca, dan semoga bermanfaat!

Dari tahun ke tahun nasib petani tidak banyak berubah,meskipun Indonesia membanggakan diri negara agraris. Penyebabnya, antara lain, produksi tidak beranjak sedangkan kebutuhan terus meningkat. Kondisi inilah yang menekan ekonomi petani semakin sulit.
"Karenanya, untuk menopang perekonomian petani dibutuhkan peningkatan produksi lewat inovasi dan teknologi," kata Ir. H. Hazairin,MS, Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat, kepada TRIAS Politika.
Beranjak dari pandangan pesimis, sejak Indonesia merdeka, boleh dibilang capaian produktivitas padi petani masih berkisar 3-5 ton per Ha. Laju pertumbuhan produktivitas padi masih berjalan lambat meskipun sudah dilakukan berbagai inovasi teknologi melalui perbaikan teknologi mulai dari pengolahan tanah, varietas unggul spesifik lokasi, teknologi penanaman, pemupukan, dan peningkatan sistem perlindungan tanaman. Sampai saat ini ratarata produktivitas padi nasional masih sekitar 5 ton per Ha, sedangkan di Kalbar hanya 3,1 ton per Ha. Hal ini membuat Hazairan galau dan terus berfikir untuk mencari terobosan meningkatkan produktivitas padi. Di tengah kegalauannya, Hazairin tidak tinggal diam, terus mencari terobosan sampai menemukan teknologi
Hazton. Teknologi ini diberi nama HAZTON, akronim hazil berton-ton,atau singkatan nama dua pelopornya Hazairin dan Anton Kamaruddin.
Hazton merupakan teknologi penanaman padi yang ditemukan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Barat.
Hazton adalah teknik penanaman padi yang menggunakan bibit 20-30 batang per lubang tanam. Diharapkan, jumlah bibit yang banyak akan menjadi indukan produktif , karena bibit di posisi
tengah dan terjepit, cenderung tidak
menghasilkan anakan, sehingga akan
lebih produktif.
Keunggulan dengan menerapkan
Teknologi Hazton antara lain produksi
berlipat, penanamannya mudah,
tanaman cepat beradaptasi dan tidak
stres, tahan terhadap hama keong mas
dan orong-orong karena menggunakan
bibit tua (30-35 hari), meminimalisir
penyulaman dan penyiangan, umur
panen lebih cepat (lebih kurang 15 hari),
mutu gabah tinggi (prosentase hampa
rendah), serta menghasilkan beras
berkualitas tinggi (rendemen beras
kepala tinggi, presentase beras pecah
rendah).
Namun Hazton memiliki 'kelemahan'
lantaran memerlukan tambahan
benih dari biasanya (keperluan benih
teknologi Hazton 100-120 Kg/Ha). Jadi,
perlu tambahan biaya benih sekitar Rp
800.000 ribu/Ha. Tetapi hasil panen
yang didapatkan dua kali lipat dari biasa.
Kemudian perlu tambahan pupuk
(organik/anorganik). Karena tanaman
rimbun perlu dikawal dengan agencia
hayati-padi harus diimunisasi agar
tahan dari berbagai gangguan penyakit,
lahan disterilisasi (decomposer
lahan) dan bio fungisida. (lebih rinci
baca: SOP Hazton).
Menurut Hazairin, Hazton merupakan
teknologi sederhana dan mudah
diterapkan petani. Akan tetapi, dalam
proses penemuannya tidak semudah
membalikkan tangan. Coba dan coba
lagi. Bilamana gagal cari penyebabnya.
Ada hama cari cara mengatasi sampai
ditemukan yang diinginkan. Pertama,
coba 12 pot, lalu 40 pot di pekarangan
rumah sampai coba di areal sawah
berhektar-hektar.
"Jangan dilihat sekarang setelah
ketemu teknologinya, tetapi proses
menemukan perlu ketekunan dan
kesabaran," kata Hazairin.
Lewat uji coba di lapangan, hasil
produksi bisa meningkat seratus
persen, lahan yang tadinya 4 ton bisa
mencapai 8 ton per Ha. Rata-rata
petani Kalbar yang menggunakan
teknologi Hazton bisa mencapai 10 ton
per Ha. Itu artinya, dengan teknologi
Hazton, produksi nasional kini 70 juta
ton, bisa meningkat dua kali lipat
menjadi 140 juta ton.
Sekarang, penduduk Indonesia lebih
kurang 250 juta jiwa. Andaikan bertambah
menjadi 500 juta jiwa, produksi
padi teknologi Hazton masih bisa
mencukupi kebutuhan pangan pendu-duk, dengan capaian produksi 140 juta
ton. Hazairin menekankan perlunya
percobaan-percobaan untuk meningkatkan
produktivitas pertanian, seperti
mencoba menanam padi dengan
teknologi Hazton.
Hazairin mengungkapkan, misalnya
para petani di Jawa, dengan lahan yang
kian menyempit sangat tepat menggunakan
teknologi Hazton. Sebab,
lahan yang ada bisa dimaksimalkan
dengan peningkatan mutu dan produksi
yang berlipat. Para buruh tani bisa
juga mengembangkan Hazton dengan
cara menggunakan polibag di pekarangan
rumah. Teknologi Hazton dapat
mengoptimalkan lahan untuk peningkatan
produksi padi.
Pemerintah provinsi Kalbar menempuh
langkah yang sejalan dengan visi
Indonesia yang ingin berdaulat di
bidang pangan. Terobosan Hazton juga
selaras dengan konsep pembangunan
nasional yang memprioritaskan pertanian
dalam arti luas, dan mengubah
ketergantungan ekonomi daerah dari
SDA tak terbarukan ke SDA terbarukan.
Pengembangan sektor pertanian
Kalbar, termasuk rencana swasembada
beras, akan berjalan lebih baik
jika mendapat dukungan langsung yang
mengikat pemerintah pusat.
Pemprov Kalbar merespon keinginan
pemerintah pusat untuk mengembangkan
program tanaman padi,
bagian dari upaya mencapai kemandirian
pangan, sehingga semua pihak
perlu memberikan dukungan.
Hazairin menghargai langkah Jokowi,
presiden terpilih yang ingin membangun
pertanian berawal dari peningkatan
produksi beras. Pilihan itu
sangat tepat, karena beras komoditi
yang sangat strategis. Hazairin mengutip
Badan Pangan Dunia, FAO-Food and
Agriculture Organization-yang memperkirakan
tahun 2025, dua miliar
penduduk dunia akan mengalami
rawan pangan.
Saat ini, penduduk dunia sudah
menembus angka 7 miliar jiwa. Ini
artinya, pasokan pangan semakin
perlu, dan semakin sulit. Dalam hal ini,
Indonesia harus mampu mengambil
keuntungan dari krisis pangan global,
yaitu memproduksi pangan sebanyakbanyaknya,
karena Indonesia sangat
berpotensi. Pertanian padi sektor yang
sangat menjanjikan dan memiliki pasar
permanen. Seiring dengan meningkatnya
permintaan pangan dunia,
peluang dan pangsa pasar komoditi padi
tidak akan pernah habis.Pangsa pasar bertambah dan nilai
ekonomisnya semakin tinggi seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk. Semakin banyak jumlah
penduduk, kebutuhan pangan semakin
tinggi. Mengikuti mekanisme pasar,
harga meningkat seiring dengan bertambahnya
permintaan.
Jadi, pasar pangan tidak akan
pernah sepi. Dengan demikian, petani
padi akan menempati posisi yang
semakin strategis dan penting bagi
perjalanan sebuah bangsa. Apalagi Indonesia
menjalankan politik luar negeri
yang bebas dan aktif, kata Hazairin,
sejalan dengan amanah pembukaan
UUD 1945. Kongkritnya, Indonesia
sangat berpeluang untuk memainkan
peran bebas aktif di dalam memenuhi
kebutuhan pangan warga dunia.
"Semakin bertambahnya penduduk,
tentu permintaan pangan meningkat.
Jadi, pasar beras tidak akan pernah lesu.
Atau selama orang masih makan nasi,
pangsa pasar beras tidak akan pernah
habis. Jadi, seberapapun produksi beras
tidak akan mubazir. Bilamana kebutuhan
nasional tercukupi, sisanya dijual
ke pasar internasional," kata Hazairin.
Hazairin menapaki karier pertanian
dari bawah, mulai dari penyuluh hingga
ke puncak karier, kepala dinas pertanian.
Karena itu, tidak berlebihan bila
dia sangat mengidolakan pembangunan
pertanian. Apalagi habitat orang
Indonesia pertanian. Sejak ribuan tahun
lalu, bangsa Indonesia sudah menyatu
dengan sawah dan padi.
Obsesinya, pematangan pengembangan
teknologi Hazton terus dilakukan.
Dia memantapkan teknologi
Hazton dalam pertemuan kelompok
tani, aparat pemerintah dan penyuluh.
Petani yang sudah mencoba teknologi
Hazton harus menularkan pengetahuannya
kepada petani yang ingin
menerapkan teknologi tersebut.
Para pemula diajak mengikuti
pelatihan-pelatihan, sehingga memahami
teknik budidaya Hazton dengan
benar. Untuk areal 'percontohan'
Hazairin memberi bantuan maksimal,
mulai penyediaan benih, pemupukan
dan pendampingan, bilamana terjadi
gangguan hama. Hazairin mengharapkan,
kelompok tani bisa memberikan
contoh kepada petani-petani lain.
Harapannya, berdampak signifikan
terhadap produktivitas padi di Kalbar.
Hazairin menggandeng banyak pihak
bagi sosialisasi teknologi Hazton. Bank
Indonesia, misalnya, memberikan
dukungan penuh untuk pengembangan
Hazton. Bilamana satu hektar bisa
berproduksi 10 ton, maka petani sangat
layak menerima saluran kredit perbankan.
Bantuan nyata sudah diberikan
BI bagi pengembangan padi Hazton di
desa Peniraman, kabupaten Mempawah,
dan beberapa kabupaten di
Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar